Sila klik link di bawah ini. Terima kasih :)

Dengarkanlah...

Friday, January 6, 2012

Ujian Dalam Kehidupan Dunia

Kehidupan dunia adalah ujian untuk menentukan kejayaan kita di akhirat nanti. Diantara bentuk-bentuk ujian yang sering diuji Allah kepada hamba-hambaNya yang beriman adalah seperti berikut:

1. PASANGAN HIDUP

Kita harus menyedari bahawa pasangan hidup (suami atau isteri) adalah salah satu bentuk ujian kehidupan. Allah berfirman:
“Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu [1], maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (Surah At Taghaabun, ayat 14)

[1]. Maksudnya: kadang-kadang isteri atau anak dapat menjerumuskan suami atau ayahnya (juga sebaliknya) untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak dibenarkan agama.
Walau sudah berusaha untuk mendapat pasangan yang soleh@solehah belum tentu kita mendapatkannya. Seperti yang dialami oleh Nabi Nuh dan Nabi Luth, mereka mendapat ujian dari Allah dengan mendapat isteri yang tidak solehah.

Firman Allah s.w.t: “Allah menjadikan isteri Nuh dan isteri Luth sebagai perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang soleh di antara hamba-hamba Kami, lalu kedua isteri itu berkhianat [2] kepada suaminya (masing-masing), maka suaminya itu tidak dapat membantu mereka sedikitpun dari (seksa) Allah dan dikatakan (kepada keduanya yakni isteri Nuh dan isteri Luth): "Masuklah ke dalam neraka bersama orang-orang yang masuk (neraka)" (Surah At Tahrim, ayat 10)

[2]. Maksudnya: Nabi-nabi sekalipun tidak dapat membela isteri-isterinya dari azab Allah apabila mereka menentang agama Allah.

Nabi Nuh as adalah seorang suami yang taat kepada Allah, rajin beribadah, dan senantiasa menjauhi maksiat. Sementara isterinya ahli maksiat, suka melecehkan ajaran agama dan derhaka kepada suami.

Ada juga diantara kita yang diuji oleh suami yg tidak soleh, seperti Siti Asiah yang bersuamikan Fir’aun. Kata Allah dalam Surah At-Tahrim, ayat 11: “Dan Allah menjadikan isteri Fir'aun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika dia berkata: "Ya Rabbku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu di dalam syurga, dan selamatkanlah aku dari Fir'aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim” 

Fir’aun adalah suami yang banyak melakukan maksiat, takabur dan zalim. Sementara isterinya yaitu Asiah merupakan isteri yang taat pada ajaran Allah swt, ahli ibadah dan tidak melakukan maksiat.

2. ANAK

Anak merupakan amanah bagi ibu bapa untuk dijaga, dididik, dirawat dan dibimbing dalam menghadapi kehidupan yang penuh ujian. Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci, ayah dan ibunyalah (lingkungan terdekat) yang membentuk peribadi Islami anak dari kecil. Allah swt memerintahkan agar kita berusaha sekuat tenaga untuk memiliki generasi yang lebih baik, baik dari segi luaran (fizikal), emosi (dalaman), ekonomi dan ketaatannya pada agama.
Allah s.w.t berfirman: “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka bimbang terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar” (Surah An Nisaa, 9)

Ayat di atas menunjukkan bahawa anak merupakan ujian yang harus kita hadapi kerana merupakan amanah dari Allah swt. Adalah merupakan kewajiban kedua orang tua untuk mendidik anak-anak agar menjadi manusia yang soleh dan solehah.

Anak merupakan nikmat terbesar, dan kenikmatan itu tidak akan dapat dipetik barokah, hasil dan kebaikannya di dunia dan akhirat, melainkan mereka adalah anak yang soleh dan solehah.
Namun apabila orang tua meremehkan dan melalaikan pendidikan mereka sehingga mereka berakhlak buruk, niscaya mereka akan menjadi musuh anda, dan suami yang merupakan ketua keluarga ataupun pemimpin buat isteri dan anak-anaknya akan dipertanggungjawabkan dihadapan Allah swt kelak.

Rasulullah bersabda,
“Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian bertanggungjawab atas yang dipimpinnya”

Jangan mengira bahwa salah satu anak kita akan mencegah kita dari azab Allah pada hari kiamat, seperti firman Allah pada ayat berikut:

“Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang (pada hari itu) seorang bapa tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapanya sedikitpun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah.” (Surah Luqman, ayat 33)

Tetapi Allah berjanji kepada seorang mukmin yang telah mendidik anak-anaknya dengan pendidikan yang baik dan mensyukuri nikmat yang telah diberikan. Baginya tersedia pahala yang berlipat ganda dan dia akan dimuliakan dengan kemenangan mendapatkan syurga.

3. HARTA KEKAYAAN

Orang yang beriman akan menyedari bahawa apa yang ada dalam genggamannya adalah milik Allah, sebagai amanah dari Allah swt, sesuai dengan firman-Nya:
“Dan kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan yang di bumi, dan sungguh Kami telah memerintahkan kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu (agar) bertakwa kepada Allah. Tetapi jika kamu kafir maka (ketahuilah), sesungguhnya apa yang di langit dan apa yang di bumi hanyalah kepunyaan Allah dan Allah Maha Kaya dan Maha Terpuji. Dan kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan apa yang di bumi. Cukuplah Allah sebagai Pemelihara” (Surah An Nisa’, ayat 131-132)

Harta yang dimiliki belum tentu merupakan rezeki kerana rezeki yang sebenarnya adalah makanan yang dimakan, pakaian yang dipakai hingga lapuk, harta yang disedekahkan, lingkungan yang soleh, ilmu yang diamalkan yang membuat hati menjadi tenang, aman, tenteram berada dalam kebahagiaan sebagai anugerah dari Allah swt.
Rasulullah bersabda, “Bermegah-megahan telah melalaikan kamu. Anak Adam berkata, ‘Hartaku! Hartaku!’. Padahal kamu tidak memiliki harta kecuali apa yang telah kamu makan lalu sirna atau apa yang telah kamu pakai lalu lapuk, atau apa yang telah kau sedekahkan lalu kekal” (HR. Muslim)

Islam tidak melarang umatnya memperbanyak harta, tetapi jangan sampai harta dijadikan tujuan hidup akibat terperosok oleh tipu daya syaitan. Hidup dalam kekayaan harta harus diimbangi dengan kakayaan hati (dilandasi dengan iman). Harta sebagai perhiasan dunia merupakan ujian dari Allah agar dapat dimanfaatkan untuk kemaslahatan diri dan lingkungan. Semakin banyak harta yang kita miliki, semakin besarlah zakat, infaq serta sedekah yang harus kita keluarkan, agar kita semakin dekat dengan Allah.

4. ILMU

Allah swt memberikan kedudukan yang tinggi kepada para ilmuwan yang mempunyai keimanan. Kalau ilmu yang kita miliki tidak berlandaskan keimanan, ilmu tersebut belum tentu semakin mendekatkan diri kapadaNya, malah mungkin semakin membuat kita takabur dan sombong.

Kerana itu sangatlah penting jika kita mohon kepada Allah agar ilmu yang kita dapatkan semakin membuat kita rendah hati di hadapan Allah. Inilah ilmu yang bermanfaat bagi umat manusia, sehingga Allah akan mengangkat derajat orang tersebut.

Kata Allah swt: “…niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat” (Surah Al Mujaadalah, ayat 11)
Jagalah ilmu yang kita miliki dari sifat sombong kerana kesombongan akan menjerumuskan diri kita pada kehancuran. Ilmu yang kita miliki juga merupakan ujian dari Allah swt.

5. KEKUASAAN

Kekuasaan bukanlah fasiliti, tetapi amanah. Jika kita menganggap kekuasaan atau jawatan sebagai fasiliti, kemungkinan besar kita akan memanfaatkan kekuasaan itu sebagai sarana memperkaya diri tanpa menghiraukan aspek halal atau haram.

Sebaliknya kalau menganggap kekuasaan sebagai amanah, kita akan melaksanakan kepimpinan dengan penuh kejujuran dan tanggungjawab.
Kekuasaan merupakan ujian dari Allah swt, oleh kerana itu kita harus betul-betul menjaganya agar tidak terjebak oleh pujuk rayu syaitan. Jika kita tidak amanah dalam memegang kekuasaan, Allah akan menurunkan azabnya seperti yg pernah terjadi pada kaum ‘Ad. Sesuai dengan firman Allah swt pada ayat ke 59, Surah Hud: “Dan itulah (kisah) kaum 'Ad yang mengingkari tanda-tanda kekuasaan Tuhan mereka, dan mendurhakai rasul-rasul Allah dan mereka menuruti perintah semua penguasa yg sewenang2 lagi menentang (kebenaran).”

Pada dasarnya semua yang disebutkan di atas adalah godaan berupa kesenangan-kesenangan duniawi, mulai dari kecintaan terhadap makhluk seperti suami, isteri, anak-anak, lelaki dan perempuan. Kemudian kecintaan terhadap harta, kekayaan, kekuasaan, kecintaan kepada kecantikan fizik dan kemampuan diri sendiri yang terlalu berlebihan sehingga melebihi kecintaan kepada Allah swt dan RasulNya serta dari berjihad di jalan Allah, sehingga akhirnya membuat manusia menjadi sombong, dan lalai terhadap kewajibannya kepada Allah swt.

Bila keadaan manusia sudah seperti ini, berhati-hatilah kerana azab dari Allah swt akan datang, seperti yang telah diperingatkan oleh Allah swt dalam surat At-Taubah, ayat 24.
“Katakanlah (Wahai Muhammad): "Jika bapa-bapa kamu, dan anak-anak kamu, dan saudara-saudara kamu, dan isteri-isteri (atau suami-suami) kamu, dan kaum keluarga kamu, dan harta benda yang kamu usahakan, dan perniagaan yang kamu bimbang akan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, (jika semuanya itu) menjadi perkara-perkara yang kamu cintai lebih daripada Allah dan RasulNya dan (daripada) berjihad untuk agamaNya, maka tunggulah sehingga Allah mendatangkan keputusanNya (azab seksaNya); kerana Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik (derhaka)”.

p/s: Ujian dan musibah yang menimpa adalah taktik Allah swt menilai hamba-Nya yang mana paling beriman dan paling sabar saat ujian atau musibah menyergah.

0 comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
;