Sila klik link di bawah ini. Terima kasih :)

Dengarkanlah...

Friday, November 9, 2012 0 comments

Sahih Muslim - Kitab Tafsir (Terjemahan)

Kitab Tafsir

•             Hadis riwayat Abu Hurairah, ia berkata:
Rasulullah bersabda: Ketika diperintahkan kepada Bani Israel, masukilah pintu itu sambil sujud dan mengucapkan: "Ampunilah dosa kami", niscaya dosa-dosamu akan diampuni. Lalu mereka mengganti dan memasuki pintu itu sambil merayap atas dubur mereka dan mengucapkan: "Sebiji gandum dalam sehelai rambut". (Shahih Muslim No.5330)

•             Hadis riwayat Anas bin Malik, ia berkata:
Bahwa Allah Taala menurunkan wahyu kepada Rasulullah secara beruntun menjelang wafat sampai beliau wafat, dan wahyu yang paling banyak diturunkan adalah pada hari kewafatan Rasulullah. (Shahih Muslim No.5331)

•             Hadis riwayat Umar, ia berkata:
Dari Thariq bin Syihab bahwa orang-orang Yahudi berkata kepada Umar: Sesungguhnya kamu sekalian membaca suatu ayat yang andaikata diturunkan kepada kami, niscaya hari itu kami jadikan hari raya. Umar berkata: Aku tahu di mana dan di hari apa ayat itu diturunkan serta di mana Rasulullah berada ketika ayat itu diturunkan. Ayat tersebut diturunkan di Arafah saat Rasulullah sedang wukuf di Arafah. Sufyan berkata: Aku ragu-ragu apakah hari itu Jumat atau bukan. Ayat tersebut adalah "Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu". (Shahih Muslim No.5332)

•             Hadis riwayat Aisyah, ia berkata:
Dari Urwah bin Zubair, bahwa ia bertanya kepada Aisyah tentang firman Allah: Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap hak-hak perempuan yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi dua, tiga atau empat. Aisyah berkata: Hai keponakanku, ayat itu berbicara tentang seorang anak perempuan yatim yang berada dalam asuhan walinya, di mana harta anak perempuan itu telah bercampur dengan harta wali, kemudian wali itu tertarik dengan harta dan kecantikannya dan ingin mengawininya tanpa membayar mahar yang layak seperti yang akan dibayar orang lain kepada anak perempuan itu. Sehingga para wali dilarang menikahi mereka, kecuali bila mereka berlaku adil dan membayar mahar yang layak (mitsil) dan para wali juga diperintahkan untuk menikahi perempuan lain yang baik bagi mereka. Urwah melanjutkan: Aisyah berkata: Sesudah turun ayat ini, para sahabat meminta fatwa kepada Rasulullah tentang perempuan yatim yang berada dalam asuhan, lalu Allah menurunkan ayat: Dan mereka minta fatwa kepadamu tentang para wanita. Katakanlah: Allah memberi fatwa kepadamu tentang mereka, dan apa yang dibacakan kepadamu dalam Alquran (juga memfatwakan) tentang para wanita yatim yang kamu tidak memberikan kepada mereka apa yang ditetapkan untuk mereka, sedang kamu ingin mengawini mereka. Aisyah berkata: Maksud firman Allah Taala: Dan apa yang dibacakan kepadamu dalam Alquran adalah ayat pertama yang ada dalam firman Allah: Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap hak-hak perempuan yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi. Adapun maksud ayat lain yang berbunyi: Sedang kamu ingin mengawini mereka, adalah ketidaksenangan seorang wali di antara kamu terhadap perempuan yatim asuhannya yang tidak memiliki harta dan kecantikan sehingga mereka dilarang menikahi perempuan yatim yang banyak harta serta cantik kecuali dengan membayar mahar mitsil karena ketidaksenangan mereka kepada perempuan yatim yang miskin dan tidak cantik. (Shahih Muslim No.5335)

•             Hadis riwayat Aisyah, ia berkata:
Tentang firman Allah: Barang siapa yang miskin, maka ia boleh memakan (menggunakan) harta itu menurut dengan yang sepantasnya, ia berkata: Ayat ini diturunkan mengenai seorang wali yang mengurus harta anak yatim serta yang mengasuh dan mendidiknya, jika ia membutuhkan ia boleh memakan harta anak yatim itu dengan yang sewajarnya. (Shahih Muslim No.5339)

•             Hadis riwayat Aisyah, ia berkata:
Tentang firman Allah: Ketika mereka datang kepadamu dari atas dan bawahmu, dan ketika penglihatan mulai kabur dan hati naik sampai ke tenggorokan, ia berkata: Peristiwa ini terjadi ketika perang Khandaq. (Shahih Muslim No.5341)

•             Hadis riwayat Aisyah, ia berkata:
Tentang firman Allah: Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz atau sikap tidak acuh dari suaminya, ia berkata: Ayat ini berbicara tentang seorang wanita yang sudah lama berumah tangga, kemudian suaminya bermaksud menceraikannya. Karena itu ia berkata: Jangan ceraikan aku! Kamu aku bebaskan dari kewajiban-kewajiban terhadapku! Maka turunlah ayat ini. (Shahih Muslim No.5342)

•             Hadis riwayat Ibnu Abbas, ia berkata:
Dari Said bin Jubair, ia berkata: Penduduk Kufah berselisih mengenai ayat: Barang siapa membunuh orang mukmin dengan sengaja, maka balasannya adalah neraka Jahanam, maka aku pergi menjumpai Ibnu Abbas untuk menanyakan ayat ini. Ia menjawab: Ayat tersebut termasuk ayat-ayat yang terakhir diturunkan dan tidak ada satu ayat pun yang menasakhnya (membatalkan hukumnya). (Shahih Muslim No.5345)

•             Hadis riwayat Ibnu Abbas, ia berkata:
Beberapa kaum bertemu dengan seorang lelaki yang sedang menggembalakan kambingnya, kemudian orang itu memberi salam: Assalamu'alaikum! Mereka langsung menangkap dan membunuhnya serta merampas kambing-kambingnya, maka turunlah ayat: Dan janganlah kamu mengatakan kepada orang yang mengucapkan salam kepadamu: Kamu bukan orang mukmin. Ibnu Abbas membacanya: "As-salaam". (Shahih Muslim No.5350)

•             Hadis riwayat Barra', ia berkata:
Dahulu, Jika orang-orang Ansar menunaikan haji, lalu mereka kembali (ke rumah mereka), mereka memasuki rumah mereka melalui pintu belakang. Kemudian seorang Ansar memasuki rumahnya melalui pintu depan, lalu hal itu dipertanyakan kepadanya, maka turunlah ayat: Bukanlah merupakan kebaktian memasuki rumah-rumah dari belakangnya. (Shahih Muslim No.5351)

1. Tentang firman Allah: Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka
•             Hadis riwayat Abdullah bin Masud ra.:
Tentang firman Allah: Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka, siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah). Ia berkata: Ada sekelompok jin yang masuk Islam. Sebelum itu mereka disembah manusia, maka orang-orang yang menyembah (jin) itu tetap menyembah mereka padahal sebagian jin itu telah masuk Islam. (Shahih Muslim No.5356)

2. Surat Al-Baraah (At-Taubah), surat Al-Anfaal dan surat Al-Hasyr
•             Hadis riwayat Ibnu Abbas ra.:
Dari Said bin Jubair, ia berkata: Aku bertanya kepada Ibnu Abbas ra.: Bagaimana dengan surat At-Taubah? Ia berkata: At-Taubah! Ia adalah Fadhihah (yang menampakkan aib). Tidak henti-hentinya turun ayat "wa minhum" (dan di antara mereka), "wa minhum" (dan di antara mereka), sampai mereka mengira bahwa tidak ada seorang pun di antara kami yang rahasianya tidak disebut dalam surat itu. Aku bertanya lagi: Bagaimana dengan surat Al-Anfaal? Ia menjawab: Surat itu diturunkan ketika Perang Badar. Bagaimana dengan surat Al-Hasyr? Tanyaku. Ia menjawab: Diturunkan berkenaan dengan Bani Nadhir. (Shahih Muslim No.5359)

3. Turunnya ayat yang mengharamkan khamar
•             Hadis riwayat Ibnu Umar ra., ia berkata:
Umar berkhutbah di atas mimbar Rasulullah saw. Setelah membaca hamdalah dan memuji Allah, ia berkata: Sesungguhnya telah diturunkan ayat tentang pengharaman khamar (minuman keras) yang terbuat dari lima jenis; gandum, jelai, kurma, anggur dan madu. Khamar adalah sesuatu yang menghilangkan kesadaran akal. Dan ada tiga perkara, wahai hadirin sekalian, yang aku ingin sekali Rasulullah saw. mewasiatkan kepada kita yaitu mengenai warisan kakek, kalalah dan perkara-perkara yang masuk dalam kategori riba. (Shahih Muslim No.5360)

4. Tentang firman Allah: Inilah dua golongan yang bertengkar mengenai Tuhan mereka
•             Hadis riwayat Abu Zar ra.:
Dari Qais bin Ubad ia berkata: Aku mendengar Abu Zar bersumpah bahwa ayat: Inilah dua golongan yang bertengkar mengenai Tuhan mereka. Ayat itu turun mengenai orang-orang yang berperang dalam Perang Badar, yaitu Hamzah, Ali, Ubaidah bin Harits, Utbah bin Rabiah, Syaibah bin Rabiah dan Walid bin Utbah. (Shahih Muslim No.5362)
Friday, October 5, 2012 0 comments

Sangkaan Allah Pada Hamba-Nya



Teks Hadis:

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ - رضى الله عنه - قَالَ قَالَ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - « يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِى بِى ، وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِى ، فَإِنْ ذَكَرَنِى فِى نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِى نَفْسِى ، وَإِنْ ذَكَرَنِى فِى مَلأٍ ذَكَرْتُهُ فِى مَلأٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ ، وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَىَّ بِشِبْرٍ تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا ، وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَىَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا ، وَإِنْ أَتَانِى يَمْشِى أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً » . (البخاري(

Terjemah: 

Dari Abu Hurairah, dia berkata: Rasulullah Saw bersabda: Allah berfirman:
“Aku menurut sangkaan hamba-Ku kepada-Ku. Aku bersamanya apabila dia mengingat-Ku. Jika dia mengingati-Ku dalam dirinya, maka Aku mengingatinya dalam diri-Ku. Jika dia mengingati-Ku dalam suatu kelompok, Aku mengingatinya dalam kelompok yang lebih baik dari kelompok mereka. Jika dia mendekati-Ku satu jengkal, maka Aku mendekatinya satu hasta. Jika dia mendekati-Ku satu hasta, maka Aku mendekatinya satu lengan. Jika dia datang kepada-Ku dengan berjalan, maka Aku datang kepadanya dengan berlari”.

(Sahih al-Bukhari, Kitab: at-Tauhid, Bab: Qaul Allah Ta’ala wa Yuhadzdzirukumullah Nafsah. Juz: 6, halaman: 2694, no: 6970. Penerbit: Dar Ibni Katsir. Al-Yamamah, Beirut, Lubnan. Cetakan ke-3, tahun: 1407H/1987M).

Syarh / Penjelasan:

Hadis ini merupakan penjelasan kepada ayat:

فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ

“(Oleh kerana itu), ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu[1], dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku”. (Srah al-Baqarah, ayat 152).
[1] Maksudnya: Aku limpahkan rahmat dan ampunan-Ku kepadamu.

Hadis ini adalah hadis Qudsi yang menjelaskan tentang balasan yang diberikan Allah swt kepada hamba-Nya yang sentiasa berzikir mengingati-Nya. Allah berfirman, “Aku menurut sangkaan hamba-Ku kepada-Ku”. Imam Badruddin al-‘Aini dalam kitab ‘Umdat al-Qari Syarh Shahih al-Bukhari menyebutkan tiga pendapat tentang makna kalimat ini:

Pertama, “Jika hamba-Ku itu menyangka bahawa Aku mengampuni dan memaafkannya, maka dia akan mendapatkan itu. Dan jika dia menyangka akan mendapatkan hukuman, maka dia pun akan mendapatkannya”.

Kedua, bahawa orang yang beriman pastilah berprasangka baik terhadap Allah swt, dia meyakini bahawa dia mempunyai Tuhan yang selalu membalas amal perbuatannya.

Ketiga, “Aku Maha Kuasa untuk melakukan apa yang disangkakan hamba-Ku kepada-Ku”.
Imam al-Kirmani menjelaskan bahawa hubungan dengan Allah swt itu dibangun atas dasar dua perasaan; Rajaa’ (harap) dan Khauf (takut). Disini dijelaskan bahawa perasaan harap lebih diutamakan daripada rasa takut. Selalu berharap akan ampunan Allah swt dan selalu mengharapkan keredhaan-Nya, dengan ber-husnuzhon kepada-Nya.

“Aku bersamanya apabila dia mengingati-Ku”. Ertinya, pengetahuan Allah sentiasa bersama orang yang berzikir mengingati-Nya. Atau, “Aku sentiasa bersamanya sesuai dengan niatnya berzikir mengingati Aku”.

“Jika dia mengingati-Ku dalam dirinya, maka Aku mengingatinya dalam diri-Ku”. Maknanya, “Jika dia berzikir mengingati Aku dengan mensucikan-Ku dari segala sesuatu yang tidak layak bagi-Ku, maka Aku mengingatinya dengan memberikan balasan dan rahmat kasih sayang kepadanya”. Atau, “Jika dia berzikir mengingati Aku dengan mengagungkan-Ku, maka Aku mengingatinya dengan memberikan berbagai kurnia kepadanya”.

“Jika dia mengingati-Ku dalam suatu kelompok, Aku mengingatinya dalam kelompok yang lebih baik dari kelompok mereka”. Maksudnya, jika manusia berzikir mengingat Allah dalam suatu kelompok, maka Allah membalasnya dengan kelompok yang lebih baik, iaitu para malaikat.

“Jika dia mendekati-Ku satu jengkal, maka Aku mendekatinya satu hasta. Jika dia mendekati-Ku satu hasta, maka Aku mendekatinya satu lengan. Jika dia datang kepada-Ku dengan berjalan, maka Aku datang kepadanya dengan berlari”. Kalimah ini tidak dapat difahami secara tekstual, kerana semuanya mustahil bagi Allah swt Yang Maha Suci. Akan tetapi maknanya adalah bahawa Allah melebihi dari perbuatan hamba-Nya; satu jengkal dibalas satu hasta, satu hasta dibalas satu lengan. Dan berjalan dibalas dengan berlari. Ketaatan seorang hamba yang diwujudkan dalam bentuk zikir kepada-Nya, akan dibalas dengan balasan berlipat ganda.

Kesimpulan:

Hadis ini memberikan motivasi kepada orang-orang beriman agar sentiasa berzikir mengingat Allah swt dalam situasi dan apa jua keadaan sekalipun, merasakan kehadiran Allah swt dalam setiap gerak dan diamnya, merasakan dekatnya Allah swt saat bersendiri dan ketika bersama orang banyak, merasakan Ma’iyyatullah (kebersamaan) dengan Allah swt ketika senang mahupun susah. Sehingga saat senang tidak lupa diri dan hilang control, dan ketika susah atau ditimpa musibah tidak merasa putus asa, kerana merasakan adanya Dia Yang Maha Berkuasa sebagai tempat bersandar dan mengadu keluh kesah. Hadis ini juga mengajarkan kepada orang-orang yang beriman bahawa Allah swt selalu membalas lebih dari apa yang dilakukan manusia yang selalu ingin dekat kepada-Nya dan yang merindukan keagungan-Nya. Semoga kita termasuk hamba-hamba-Nya yang sentiasa berzikir mengingat-Nya, ameen…

Sebarkan...
Thursday, July 5, 2012 0 comments

Kajian Hadis Tentang Bulan Sya'ban Bhg.2

Di dalam bulan Sya’ban terdapat di dalamnya malam keutamaan/istimewa. Malam keutamaan tersebut telah dikhususkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad s.a.w dan ummatnya yang dinamakan dengan Malam Nisfu Sya’ban (Malam Pertengahan Bulan Sya’ban)

Beberapa Hadis Tentang Nisfu Sya’ban

Terdapat banyak hadis yang berkaitan dengan Nisfu Sya’ban dan sebahagian besarnya adalah hadis dhaif (lemah) dan hadis maudhu’ (palsu).

Contoh hadis dhaif. Aisyah r.a melihat Nabi s.a.w sujud sangat lama sehingga beliau menyangka Nabi telah meninggal. Lalu Aisyah datang dan pegang jari Nabi. Aisyah menggerak-gerakkan jari Nabi dan Nabi pun gerakkan jarinya. Ternyata Nabi masih hidup. Setelah selasai solat, Aisyah pun bertanya “Ya Rasulullah, kenapa lama sangat sujud ni?” Nabi pun jawab “Apakah engkau tidak tahu bahawa mlm ini Malam Nisfu Sya’ban?”. Hadis ini adalah hadis dhaif dan sebahagian ulama’ tidak menggunakan hadis ini utk dijadikan dalil. Akan tetapi, untuk beramal dengannya (Fadhail ‘Amal) dibolehkan jika cukup 5 syarat.

Apa syaratnya? Hadis tersebut:
1. Tidak bercerita tentang akidah
2. Tidak bercerita tentang halal dan haram
3. Dhaifnya tidak sampai ke tahap Dhaif Jiddan (sangat lemah) atau perawinya kazzab (pendusta)
4. Terdapat hadis sahih lain yang menaungi hadis tersebut
5. Hanya digunakan utk fadhail ‘amal

Ada tak hadis sahih yang menjadi naungan untuk beramal menghidupkan malam Nisfu Sya’ban? Ada. Hadis yang disebutkan oleh Imam at-Thabrani dalam Kitab al-Mu’jam al-Kabir dan Ibnu Hibban diriwayatkan dari Muaz bin Jabal r.a (status hadis: Hasan Sahih)

يَطَّلِعُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى خَلْقِهِ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِجَمِيعِ خَلْقِهِ إِلاَّ لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ
Allah s.w.t memperhatikan semua makhluk-Nya pada malam Nisfu Sya’ban. Dia mengampuni seluruh makhluk-Nya, kecuali orang yang musyrik dan orang yang bertengkar”.

(Hadis ini juga disebutkan dalam Musnad Ahmad yang diriwayatkan oleh ‘Abdullah bin ‘Umar dan Musnad al-Bazzar yang diriwayatkan oleh ‘Auf bin Malik).

Makna (يطلع) “memperhatikan” dalam hadis diatas adalah Allah s.w.t melihat dgn saksama atau melihat dengan teliti.

Maksud hadis ini ialah Allah s.w.t memperhatikan dengan teliti seluruh makhluk-Nya pada malam pertengahan bulan Sya’ban, yang pada malam itu dia sedang bertahajjud, beristighfar, berzikir, membaca al-Quran, memohon ampun, bertaubat nasuha dan sebagainya maka setelah Allah melihat dengan sungguh-sungguh perbuatan hamba-Nya itu, Allah s.w.t mengampuni segala dosa dan kesalahan semua makhluk-Nya pada malam itu tapi ada 2 makhluk yang Allah tak ampun. Bukan kata semua yang bertahajjud, berqiamullail pada malam itu diampun Allah s.w.t. Memang betul kata Nabi bahawa Allah ampunkan tapi ada kata (إِلاَّ) pengecualian. Ada 2 makhluk yang tidak diampuni oleh Allah s.w.t iaitu yang pertama (مشرك) orang yang menyekutukan Allah, orang yang tauhid/aqidahnya rosak dan yang kedua (مشاحن) orang yang bertengkar atau bergaduh dan belum berbaik/berdamai. Oleh sebab itu, kalau masih ada diantara kita yang rasa-rasa tak puas hati, bermusuhan tu, send la sms minta maaf dari sekarang dan berdamailah. Supaya apa? Supaya pada malam Nisfu Sya’ban, ketika kita bertahajjud, berdoa memohon ampun kepada Allah s.w.t, Allah ampunkan dosa kita. Jangan sampai istighfar, permohonan ampun kita kepada Allah itu di‘pending’. Kerana apa? Kerana kita belum bermaaf-maafan sesama manusia.

Adapun hadis-hadis lain yang menyatakan kelebihan/keutamaan malam Nisfu Sya’ban itu sebahagian besarnya adalah hadis dhaif (lemah) bahkan ada hadis maudhu’ (palsu).

Hadis Maudhu’ berkaitan malam Nisfu Sya’ban banyak, antaranya:

مَنْ أَحْيَا اللَّيَالِيَ الْخَمْسَ وَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّةُ: لَيْلَةُ التَّرْوِيَةِ، وَلَيْلَةُ عَرَفَةَ، وَلَيْلَةُ النَّحْرِ، وَلَيْلَةُ الْفِطْرِ، وَلَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ
Siapa yg menghidupkan 5 malam ini, maka dia wajib masuk syurga: iaitu malam tarwiyah (8 dzulhijjah), malam arafah (9 dzulhijjah), malam nahr (10 dzulhijjah), malam ‘eid fitri, malam nisfu sya’ban”.

Hadis ini dikeluarkan oleh Al-Ashbahany dari Mu’adz bin Jabal, dan dianggap sebagai hadis palsu oleh Shiekh Al-Albany dalam Dha’if At-Targhib, No. 667.

Hadis lain…

يَا عَلِيُّ مَنْ صَلَّى لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ مِئَةَ رَكْعَةٍ بِأَلْفِ قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ قَضَى اللهُ لَتهُ كَلَّ حَاجَةٍ طَلَبَهَا تِلْكَ اللَّيْلَةَ
Wahai ‘Ali, siapa yang solat pada malam nisfu Sya’ban seratus rakaat dengan (membaca) Qul Huwallahu Ahad seribu kali, maka Allah akan menunaikan seluruh hajat yang dia minta pada malam itu.

Ibnu Qayyim menyebut dalam Al-Manar Al-Munif (hlm.78) dan As-Syaukani dalam Al-Fawa’id Al-Majmu’ah (hlm. 50-51) sebagai hadis maudhu’ (palsu). Kata Syeikh Ibnu Baz rahimahullah, “Adapun hadis-hadis yang menjelaskan tentang solat pada malam nisfu Sya’ban seluruhnya adalah maudhu’ (palsu) sebagaimana yang diingatkan oleh banyak ulama.

Menurut Imam Nawawi (Imam Besar dalam Mazhab Syafi’e), solat Raghaib iaitu solat yang dilaksanakan pada hari khamis malam jumaat minggu pertama di bulan Rejab dan solat sunat 100 rakaat yang dilakukan pada malam nisfu Sya’ban adalah “bid’atani mungkaratani” (2 bid’ah yang mungkar).

Oleh sebab itu, kita kalau nak tahajjud, tahujjud macam biasa. Tak ada solat 100 rakaat yang disebut dengan solat malam nisfu Sya’ban. Solat seperti biasa dan berdoa secara umum kerana ingin mendapatkan ampunan dari Allah s.w.t kerana Allah mengampunkan dosa semua mahkluk-Nya melainkan orang yang mensyirikkan Allah dan orang yang bermusuhan/bergaduh.

Kedua-dua contoh hadis palsu diatas tidak boleh disebarkan, tidak boleh dijadikan dalil dan beramal dengannya. Siapa yang meriwayatkan/menyebarkan hadis palsu, kata Nabi s.a.w:

مَن كَذَّبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ
Siapa-siapa yang mendustakan aku dengan sengaja, maka siap-siapkanlah tempatnya di neraka”. (Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Said al-Khudri).

Puasa Setelah Pertengahan Sya’ban

Hadis yang disebutkan dalam Sunan Abi Daud, hadis No.3237:

إِذَا انْتَصَفَ شَعْبَانُ فَلا تَصُومُوا
Apabila sudah masuk pertengahan bulan Sya’ban, maka jangan kamu berpuasa”.

Dalam riwayat lain:

إِذَا كَانَ النِّصْفُ مِنْ شَعْبَانَ فَلاَ صَوْمَ حَتَّى يَجِيْئَ رَمَضَانُ
Apabila masuk pertengahan dari bulan Sya’ban maka tidak ada lagi puasa sehingga datangnya bulan Ramadhan”.

Menurut Ibnu Rajab, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Ibnu Hajar, dan Al-‘Ainy bahawa hadis ini disahihkan oleh At-Tirmidzy, At-Thahawy, Ibnu Hibban, Al-Hakim, Ibnu ‘Abdil Barr, Ibnu Asakir dan Ibnu Hazm. Sebahagian ulama’ pula mengatakan bahawa hadis ini dhaif (lemah) jika dilihat pada perawinya.

Apa maksud hadis ini? Kenapa pula dilarang berpuasa sedangkan hadis sebelum ini telah diterangkan bahawa Nabi s.a.w banyak berpuasa di bulan Sya’ban? Mengapa bercanggah kedua-dua hadis ini?

Ulama’ hadis menjelaskan bahawa “jangan kamu berpuasa” itu maksudnya bagi orang yg sebelum itu memang tidak pernah puasa sunat. Bagi orang yang tak pernah puasa sunat, apabila sampai pertengahan bulan Sya’ban, maka dia dilarang berpuasa. Tapi, kalau dah biasa berpuasa, isnin dan khamis, maka teruskan. Hadis ini ditujukan bagi orang yg baru nak start puasa. Kalau dah puasa dari awal sama ada puasa isnin khamis atau puasa seperti Nabi Daud (puasa pada tarikh ganjil – 1,3,5,7…) apabila sampai pertengahan bulan Sya’ban, jangan berhenti pulak, teruskanlah. Kerana hadis ini adalah larangan bagi orang yang memulai puasa setelah pertengahan bulan Sya’ban.

Pendapat ini dikukuhkan pula sesuai dengan hadis yang terdapat dalam Sahih Bukhari dan Sahih Muslim yang diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. Apa kata Nabi s.a.w?

لا تَقَدَّمُوا رَمَضَانَ بِصَوْمِ يَوْمٍ وَلا يَوْمَيْنِ إِلا رَجُلٌ كَانَ يَصُومُ صَوْمًا فَلْيَصُمْهُ
Janganlah kamu mendahului bulan Ramadhan dengan berpuasa sehari atau dua hari, melainkan seseorang yang (terbiasa) berpuasa, maka berpuasalah.”

Ini menunjukkan bahawa berpuasa setelah pertengahan bulan Sya’aban itu dibolehkan bagi  orang yg dah biasa berpuasa sunat.

Memeriahkan Malam Nisfu Sya’ban

Meriahkan masjid dgn ibadah berjemaah atau meriahkan nisfu Sya’ban dirumah sendiri tidak ada dalilnya dan yang melakukan ini adalah dari generasi ketiga iaitu Tabi’in di Negeri Syam (sekarang Syria, Lubnan, Palestin dan Jordan). Diantaranya ialah Khalid bin Ma’dan, Luqman bin ‘Amir, Ishaq bin Rahawait (ahli hadis).

Bagaimana cara mereka meriahkan malam nisfu Sya’ban?
Mereka memakai pakaian yg terbaik. Jubah yg bagus. Pakai buhur (asap wangi-wangian). Pakai celak. Ramai-ramai pergi masjid. Tetapi Tabi’in di Hijaz, tak buat kerana tidak ada dalil. Hanya tabi’in di Negeri Syam sahaja.

Boleh ke kita ikut salah satu? Kata Shiekh ‘Athiyah Saqr (Mantan Mufti Lajnah Fatwa Al-Azhar) , “Selama masalah itu khilafiah (tidak sependapat), kita amalkan sesuai dgn yang kita yakin. Kalau ada yg melakukan lain dr kita, jgn pula memperkecilkan/mengejek mereka. Selebihnya mohon ampun kpd Allah”.

Selain solat sunat 100 rakaat dengan membaca surah al-Ikhlas sebanyak 1000 kali (dikenal dengan solat Alfiyah), terdapat juga beberapa perkara bid’ah lainnya termasuklah mengkhususkan puasa pada siang hari nisfu Sya’ban, membaca doa atau surah Yaasin khusus pada sebelah malamnya. Kemudian ada pula amalan yang pelik-pelik kita dengar. Antaranya, menziarahi kubur pada malam nisfu Sya’ban, menghidupkan api dan lilin disekelilingnya, mengkhususkan sedekah/membuat makanan dan diberi kepada faqir miskin dengan menganggap pahala sedekah itu sampai kepada ibu bapa yang telah meninggal dunia dan banyak lagi.

Kesimpulan

Tujuan kita beramal pada bulan mulia ini adalah untuk mengisi usia yg baik, disampaikan oleh Allah di bulan yg baik, dgn amal yg terbaik supaya apabila kita menghadap Allah nanti bersama org-org yg baik dan ditempatkan oleh Allah dgn tempat yg terbaik iaitu Syurga. Ameen...

Bulan yg bercabang-cabang kebaikan/keberkatan telah datang kpd kita, tapi ibadah kita tetap sama tak bercabang, tak bertambah seperti bercabangnya keberkatan pada bulan Sya’ban. Tak sesuai keberkatan yg Allah anugerahkan dgn amalan orang yg memasuki bulan tersebut. Berapa byk Allah panjangkan usia kita untuk kita sampai pada bulan yg mulia ini tetapi kita tidak ambil peluang itu, kita sia-siakan sehingga kita tidak sempat beramal dgn amalan yg terbaik.

Nabi s.a.w berdoa:
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ
Ya Allah, berkatilah untuk kami bulan Rejab dan Sya’ban dan sampaikanlah kami ke bulan Ramadhan

Sebab itu Nabi s.a.w mempersiapkan diri dengan banyak beramal di bulan Sya’ban untuk smpai ke bulan Ramadhan. Mula dari bulan Rejab, kemudian Sya’ban, seterusnya bulan Ramadhan. Kita sama-samalah perbanyakkan solat malam, berzikir, puasa sunat, bersedekah, infaq, menyantuni faqir miskin dan anak-anak yatim. InsyaAllah akan menjadi amalan yg baik di sisi Allah sehingga terinspirasi oleh orang lain utk turut sama beramal. Mudah-mudahan kita pun dpt bahagian pahala dari amal tersebut dan apa yg disampaikan itu dapat menjadi bekal kita di akhirat nanti. InsyaAllah, amin ya Rabbal ‘Alamin. Wallahu a’lam...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
;