Sila klik link di bawah ini. Terima kasih :)

Dengarkanlah...

Thursday, November 26, 2009

Kedudukan Akal Dalam Al-Qur`an


Semenjak awal sekali Al-Qur`an telah menjelaskan bahwa Tuhan tak berharap dan tak ingin manusia menjadi malaikat; dengan segenap kekurangan, kompleksitas, dan kontradiksinya manusia mempunyai kemampuan untuk menjadi lebih daripada malaikat, dan disini akal manusia memainkan peran kunci. Al quran juga menyatakan bahwa iman akan ambruk justru ketika akal diabaikan atau dipakai secara tidak tepat.

Kalimat-kalimat Al-Qur`an yang rasional dan kerap kali bernada mendidik merupakan salah satu cirinya yang paling menonjol. Salah satu tema pokoknya adalah bahwa orang-orang mengingkari atau mendustakan ayat-ayat Allah dan merusak agama karena mereka tidak menggunakan akal. Mereka tidak mengerti” dan “mereka benar-benar kaum yang tidak mau menggunakan akal”.

Menurut Al-Qur`an, akal dan iman adalah satu kubu, sebagai mana logika dan kepercayaan yang salah, dan kitab ini menjelaskan perbedaan nyata di antara keduanya : ”Sesungguhnya telah jelas antara jalan yang benar dan yang salah”. Orang-orang yang paling beruntung menurut Al Qur`an adalah ”mereka yang berakal”, ”orang-orang yang mendalam ilmunya”, ”mereka yang berpikir”, dan ”mereka yang mengakui bukti-bukti yang terang”.

Dizaman modern, penekanan Al-Qur`an bahwa akal penting sekali bagi agama adalah sebuah konsep yang radikal. Konfilk antara akal dan iman hampir telah menjadi sebuah aksioma dalam ranah pemikiran modern. Secara silogistik tak ”terbukti” bahwa kepercayaan kepada tuhan selalu mengarah pada sebuah kontradiksi logika. Lebih tepatnya, konflik ini merupakan persepsi yang lahir dari pengalaman historis dan pribadi. Disatu pihak, kita mempunyai sejarah yang panjang tentang pembunuhan para filosof dan ilmuwan oleh pemegang otoritas keagamaan.

Dipihak lain, kita menyaksikan kaum rasionalis yang frustasi karena tak mampu menemukan jawaban-jawaban yang memuaskan atas pertanyaan-pertanyaan teologis. Oleh karena itu, lebih pas bila dikatakan bahwa akal dan iman sering kali digunakan secara bertentangan, bukannya pada dasarnya berselisih. Terlepas dari bagaimana cara melakukannya, sekarang ini hanya ada segelintir tokoh dalam tradisi-tradisi monoteistik yang coba memadukan iman dan akal. Juga perlu dikemukan bahwa sebagian besar sarjana agama modern, luar biasa berhati-hati dalam menyikapi pendekatan rasional terhadap islam. Mereka tampaknya bersandar jauh lebih kuat pada hadis dibandingkan pada akal, tetapi tidak selalu demikian, terutama pada beberapa abad pertama zaman islam. Karena penekanan al Qur`an yang besar kepada akal dalam mencari iman cukuplah besar.

Penulis: Drs. Syaifullah, M.Us, Dosen Fakultas Ushuluddin, UIN SUSKA, Riau.

0 comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
;