Sila klik link di bawah ini. Terima kasih :)

Dengarkanlah...

Monday, February 22, 2010 0 comments

Sebuah Cerita Cinta


Ada sebuah kisah tentang cinta yang sebenar-benar cinta yang dicontohkan Allah melalui kehidupan Rasul-Nya.


Pagi itu, walaupun langit telah mulai menguning, burung-burung gurun enggan mengepakkan sayap. Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbatas memberikan khutbah, “Wahai umatku... kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertaqwalah kepada-Nya”.

“Kuwariskan dua perkara kepada kalian, Al-Quran dan sunnahku”. "Barangsiapa mencintai sunnahku, bererti mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku akan masuk syurga bersama-sama aku”.

Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang tenang dan penuh minat menatap sahabatnya satu persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan nafas dan tangisnya. Uthman menghela nafas panjang, Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam…

Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba...



“Rasulullah akan meninggalkan kita semua,” keluh hati semua sahabat kala itu.

Manusia tercinta itu, hampir selesai menunaikan tugasnya di dunia. Tanda-tanda itu semakin kuat. Ali dan Fadhal dengan pantas mendapatkan Rasulullah yang berkeadaan lemah dan goyah ketika turun dari mimbar. Disaat itu, kalau mampu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu.

Matahari kian tinggi, tapi pintu rumah Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya. Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seseorang yang berseru mengucapkan salam.


"Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam", kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu. Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?" "Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang.



"Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut," kata Rasulullah. Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut sama menyertainya.


Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut roh kekasih Allah juga penghulu dunia ini.



"Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?", tanya Rasulullah dengan suara yang amat lemah. "Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata Jibril. Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan. "Engkau tidak senang mendengar khabar ini?", tanya Jibril lagi.

"Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?". "Jangan khawatir, wahai Rasulullah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: "Kuharamkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril.

Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan roh Rasulullah ditarik.


Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini." Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang disampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka.


"Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" tanya Rasulullah pada malaikat pengantar wahyu itu. "Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril. Sebentar kemudian terdengar Rasulullah mengaduh, karena sakit yang tidak tertahankan lagi.


"Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku." Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi.
Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu! Ali segera mendekatkan telinganya.

"Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku" - (peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu)


Diluar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.


"Ummatii,ummatii,ummatiii!!!" - (Umatku, umatku, umatku!!!)

Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu. Kini, mampukah kita mencintai sepertinya? Betapa besarnya cintamu Ya Rasulullah terhadap ummatmu...


"Allahumma Solli 'Ala Sayyidina Muhammad Wa Sallim Wa Barik 'Alaihi"


Wednesday, February 17, 2010 4 comments

Hadiah Malam Jumaat


Hadiah Malam Jumaat ini adalah pengalaman daripada Salih al-Mazi. Siapa dia? Mari kita hayati kisah ini...

Pada suatu malam bertepatan malam Jumaat, Salih Al-Mazi pergi ke Masjid Jamek untuk mengerjakan solat Subuh. Kebiasaannya dia berangkat awal sebelum masuk waktu subuh dan melalui sebuah pekuburan. Di situ Salih duduk sekejap sambil membaca apa-apa yang boleh mendatangkan pahala bagi ahli kubur memandangkan waktu subuh masih lama lagi.

Tiba-tiba dia tertidur dan bermimpi melihat ahli-ahli kubur keluar beramai-ramai dari kubur masing-masing. Mereka duduk dalam kumpulan-kumpulan sambil berbual-bual sesama mereka. Al-Mazi ternampak seorang
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
;